CInta dalam persepsi Islam oleh Tony Ahda pada 01 Agustus 2010 jam 3:20

Kata pujangga, cinta letaknya di hati. Meskipun tersembunyi, namun getarannya tampak sekali. Ia mampu mempengaruhi pikiran sekaligus mengendalikan tindakan. Sungguh, Cinta dapat mengubah pahit menjadi manis, debu beralih emas, keruh menjadi bening, sakit menjadi sembuh, penjara menjadi telaga, derita menjadi nikmat, dan kemarahan menjadi rahmat. Cintalah yang mampu melunakkan besi, menghancurkan batu karang, membangkitkan yang mati dan meniupkan kehidupan padanya serta membuat budak menjadi pemimpin. Inilah dasyatnya cinta (Jalaluddin Rumi).

Namun hati-hati juga dengan cinta, karena cinta juga dapat membuat orang sehat menjadi sakit, orang gemuk menjadi kurus, orang normal menjadi gila, orang kaya menjadi miskin, raja menjadi budak, jika cintanya itu disambut oleh para pecinta palsu. Cinta yang tidak dilandasi kepada Allah. Itulah para pecinta dunia, harta dan wanita. Dia lupa akan cinta Allah, cinta yang begitu agung, cinta yang murni.

Cinta Allah cinta yang tak bertepi. Jikalau sudah mendapatkan cinta-Nya, dan manisnya bercinta dengan Allah, tak ada lagi keluhan, tak ada lagi tubuh lesu, tak ada tatapan kuyu. Yang ada adalah tatapan optimis menghadapi segala cobaan, dan rintangan dalam hidup ini. Tubuh yang kuat dalam beribadah dan melangkah menggapai cita-cita tertinggi yakni syahid di jalan-Nya.

Tak jarang orang mengaku mencintai Allah, dan sering orang mengatakan mencitai Rasulullah, tapi bagaimana mungkin semua itu diterima Allah tanpa ada bukti yang diberikan, sebagaimana seorang arjuna yang mengembara, menyebarangi lautan yang luas, dan mendaki puncak gunung yang tinggi demi mendapatkan cinta seorang wanita. Bagaimana mungkin menggapai cinta Allah, tapi dalam pikirannya selalu dibayang-bayangi oleh wanita/pria yang dicintai. Tak mungkin dalam satu hati dipenuhi oleh dua cinta. Salah satunya pasti menolak, kecuali cinta yang dilandasi oleh cinta pada-Nya.
Di saat Allah menguji cintanya, dengan memisahkanya dari apa yang membuat dia lalai dalam mengingat Allah, sering orang tak bisa menerimanya. Di saat Allah memisahkan seorang gadis dari calon suaminya, tak jarang gadis itu langsung lemah dan terbaring sakit. Di saat seorang suami yang istrinya dipanggil menghadap Ilahi, sang suami pun tak punya gairah dalam hidup. Di saat harta yang dimiliki hangus terbakar, banyak orang yang hijrah kerumah sakit jiwa, semua ini adalah bentuk ujian dari Allah, karena Allah ingin melihat seberapa dalam cinta hamba-Nya pada-Nya. Allah menginginkan bukti, namun sering orang pun tak berdaya membuktikannya, justru sering berguguran cintanya pada Allah, disaat Allah menarik secuil nikmat yang dicurahkan-Nya.

Itu semua adalah bentuk cinta palsu, dan cinta semu dari seorang makhluk terhadap Khaliknya. Padahal semuanya sudah diatur oleh Allah, rezki, maut, jodoh, dan langkah kita, itu semuanya sudah ada suratannya dari Allah, tinggal bagi kita mengupayakan untuk menjemputnya. Amat merugi manusia yang hanya dilelahkan oleh cinta dunia, mengejar cinta makhluk, memburu harta dengan segala cara, dan enggan menolong orang yang papah. Padahal nasib di akhirat nanti adalah ditentukan oleh dirinya ketika hidup didunia, Bersungguh-sungguh mencintai Allah, ataukah terlena oleh dunia yang fana ini. Jika cinta kepada selain Allah, melebihi cinta pada Allah, merupakan salah satu penyebab do’a tak terijabah.

Bagaimana mungkin Allah mengabulkan permintaan seorang hamba yang merintih menengadah kepada Allah di malam hari, namun ketika siang muncul, dia pun melakukan maksiat.

Bagaimana mungkin do’a seorang gadis ingin mendapatkan seorang laki-laki sholeh terkabulkan, sedang dirinya sendiri belum sholehah.

Bagaimana mungkin do’a seorang hamba yang mendambakan rumah tangga sakinah, sedang dirinya masih diliputi oleh keegoisan sebagai pemimpin rumah tangga..

Bagaimana mungkin seorang ibu mendambakan anak-anak yang sholeh, sementara dirinya disibukkan bekerja di luar rumah sehingga pendidikan anak terabaikan, dan kasih sayang tak dicurahkan.

Bagaimana mungkin keinginan akan bangsa yang bermartabat dapat terwujud, sedangkan diri pribadi belum bisa menjadi contoh teladan

Banyak orang mengaku cinta pada Allah dan Allah hendak menguji cintanya itu. Namun sering orang gagal membuktikan cintanya pada sang Khaliq, karena disebabkan secuil musibah yang ditimpakan padanya. Yakinlah wahai saudaraku kesenangan dan kesusahan adalah bentuk kasih sayang dan cinta Allah kepada hambanya yang beriman…

Dengan kesusahan, Allah hendak memberikan tarbiyah terhadap ruhiyah kita, agar kita sadar bahwa kita sebagai makhluk adalah bersifat lemah, kita tidak bisa berbuat apa-apa kecuali atas izin-Nya. Saat ini tinggal bagi kita membuktikan, dan berjuang keras untuk memperlihatkan cinta kita pada Allah, agar kita terhindar dari cinta palsu.

Dan Allah tidak akan menyia-nyiakan hambanya yang betul-betul berkorban untuk Allah Untuk membuktikan cinta kita pada Allah, ada beberapa hal yang perlu kita persiapkan yaitu:
1) Iman yang kuat
2) Ikhlas dalam beramal
3) Mempersiapkan kebaikan Internal dan eksternal. kebaikan internal yaitu berupaya keras untuk melaksanakan ibadah wajib dan sunah. Seperti qiyamulail, shaum sunnah, bacaan Al-qur’an dan haus akan ilmu. Sedangkan kebaikan eksternal adalah buah dari ibadah yang kita lakukan pada Allah, dengan keistiqamahan mengaplikasikannya dalam setiap langkah, dan tarikan nafas disepanjang hidup ini. Dengan demikian InsyaAllah kita akan menggapai cinta dan keridhaan-Nya.

A. Konsep Pacaran dalam Islam
Istilah konsep dalam Kamus Ilmiah Populer berarti ide umum; pengertian; pemikiran; rancangan; rencana dasar. Dalam Islam sendiri, konsep pacaran tidak dikenal. Tetapi, bukan berarti Islam acuh tak acuh dan phobia terhadap istilah pacaran. Banyak literatur yang membahas secara detail kedudukan pacaran dalam islam. Yang paling terkenal adalah konsep taaruf atau proses perkenalan antara calon suami dengan calon istri sebelum melangsungkan akad nikah. Meskipun taaruf tidak sama dengan istilah pacaran secara umum, namun konsep ini mampu menjadi representasi bahwa Islam turut andil dalam mengatur hubungan antara laki-laki dan perempuan yang bukan mahram.

Adab bergaul dalam Islam telah diatur sedemikian rupa sehingga bagi insan yang mampu dan mau berpikir, tidak akan terjerumus dalam nafsu birahi yang mendorong terjadinya perzinaan. Bukankah Allah SWT secara jelas memperingatkan manusia yang sedang mabuk cinta dengan firman-Nya : “Dan janganlah kamu mendekati zina, sesungguhnya zina itu adalah suatu perbuatan yang keji dan suatu jalan yang buruk”( QS 17:32)?
Fenomena yang terjadi dikalangan remaja saat ini sudah jauh meninggalkan konsep taaruf. Dengan mengatas namakan cinta, tidak sedikit orang yang terbius dalam pergaulan tanpa batas. Cipika-cipiki (cium pipi kanan, cium pipi kiri) sudah diklaim sebagai hal yang wajar dalam hubungan lawan jenis. Remaja yang tidak melakukan aktivitas ini dalam masa pacaran dianggap kuno dan katrok (meminjam istilah Thukul Arwana). Jika hal ini berlanjut, setan yang terus menguntit dengan leluasa memainkan jurus-jurus mautnya untuk menyesatkan anak adam ke lembah neraka. Hari ini pegang tangan, besok cium pipi, kemudian cium bibir dan cium yang lain-lain. Apakah ini yang namanya cinta? Sungguh naif bagi mereka yang mengartikan cinta sedangkal itu. Cinta yang seyogyanya mampu menuntun kepada bahtera kebahagiaan, justru dibelokkan arah menuju lorong penyesalan. Kenikmatan semu sesaat terlalu murah untuk digadaikan dengan hakikat kelezatan cinta yang bersifat abadi.

Setan pun tertawa karena berhasil membalas dendam sejarah dan sukses menjalankan misinya. Di sisi lain, manusia yang menjadi korban cinta fatamorgana ini akan menghabiskan masa hidupnya dengan rasa bersalah dan penyesalan yang tak berujung. Secara fisik memang tak terlihat, namun dalam ruang batin dan psikis, luka ini tak akan sembuh seiring dengan berakhirnya waktu.

Diantara adab bergaul yang sesuai dengan nilai-nilai keislaman yaitu:

• Menjaga mata dari hal-hal yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Sebagaimana firman Allah, ”katakanlah kepada laki-laki yang beriman, agar mereka menjaga pandangannya, dan memelihara kemaluannya, yang demikian itu lebih suci bagi mereka. Sungguh Allah maha mengetahui apa yang mereka perbuat”. (QS. An-Nur : 30).

• Menjaga tangan dari segala perbuatan yang mampu membangkitkan nafsu syahwat. Banyak hadis yang menjelaskan bagaimana Rasulullah memperingatkan kaumnya tentang hal ini. Rasulullah SAW bersabda: “Seandainya kepala seseorang ditusuk dengan jarum besi, (itu) masih lebih baik daripada menyentuh wanita yang tidak halal baginya”.(HR. Thabrani dengan sanad hasan).

Karena itu, pergeseran paradigma pacaran dikalangan remaja dewasa ini perlu diluruskan oleh semua pihak. Bukan hanya tugas remaja saja, melainkan dipengaruhi juga oleh faktor lain seperti lingkungan, teman, keluarga, sekolah dan media massa. Ingatlah! Allah tidak akan merubah nasib manusia ketika manusia itu sendiri tidak merubahnya.

Budaya yang datang dari luar Islam, kini menjadi trend mode modern yang mengancam generasi muda. Sudah menjadi rahasia umum bahwa free sex sudah menjadi bagian dari life style dan motif dasarnya sudah tidak lagi sebatas himpitan ekonomi. Masih membekas dalam ingatan bagaimana adegan mesum yang dilakikan oleh oknum WAKIL RAKYAT dengan biduan. Mahasiswa yang berseronok ria dengan pasangan kumpul kebo nya, siswa-siswi SMA yang merekam hubungan intim dalam HP mereka dan tersebar melalui media (cetak maupun elektronik) dan lain-lain. Semuanya melengkapi kebobrokan moral bangsa ini.

Harian Bali Post pernah menurunkan beritayang mencengangkan; lebih dari 50% SMU di Bali sudah tidak perawan. Itu belum seberapa. Ada lagi yang membuat telinga meradang; lebih dari 55% mahasiswa di pulau Jawa pernah melakukan kegiatan seks. Masih belum cukup? Jangan khawatir! Tambahan data pelengkap derita batin yaitu 24% dari mereka melakukan hubungan seks di luar nikah, sekitar 20% mahasiswi mwnyatakan kehilangan keperawanannya dan lebih dar 7% telah melakukan aborsi. Masya Allah!Naudzubillah! sudah demikian bekatkah moral remaja di Nusantara ini?

Faktor-faktor yang mempengaruhi pergeseran paradigma pacaran secara umum adalah:
• Kurangnya sosialisasi tentang gaya pacaran yang sehat meliputi:
1. Sehat secara fisik seperti tidak tertular penyakit, tidak menyebabkan kehamilan yang tidak diinginkan, tidak menyakiti dan tidak merusak kesehatan orang lain.
2. Sehat secara mental yaitu remaja berarti mempunyai nilai yang kuat, percaya diri, menguasai informasi tentang kesehatan reproduksi (meliputi aspek fisiologis, moral, sosial dan psikologis), mampu berkomunikasi, mampu mengambil keputusan dan siap atas segala resiko dari keputusan yang diambil dan sehat secara sosialnya yang berarti mampu mempertimbangkan nilai – nilai dan norma yang ada dan berlaku dalam masyarakat. Dalam hal ini remaja harus, mempertimbangkan aspek agama yang melarang remaja melakukan aktivitas seksualitas termasuk sentuh menyentuh lawan jenis yang bukan mahramnya apa lagi mengambil gaya pacaran yang tidak sehat seperti berpelukan, berciuman dan sampai hal yang paling jauh yaitu melakukan hubungan seks diluar nikah.

• Memudarnya nilai-nilai luhur budaya.
Budaya kita tidak memperkenankan remaja yang berlawanan jenis berpelukan di depan umum dan melakukan aktivitas yang menjurus ke seksualitas. Budaya yang diwariskan leluhur bangsa telah pudar di mata remaja dan tergerus dahsyatnya budaya luar.

• Kurangnya peran orang tua dalam memberikan pemahaman
pendidikan agama.
Rata-rata pelajar yang terkena kasus hubungan seksual diluar nikah dilakukan atas nama suka sama
suka. Perbuatan itu sebagian dilakukan di rumah atau di tempat
tersembunyi dan sebagian lagi di tempat rekreasi yang suasananya
lengang. Salah satu sebabnya adalah kurangnya pengawasan orang tua terhadap mereka, minusnya pendidikan agama, broken
home (orang tua yang sibuk dan suka bertengkar) dan akibat komunikasi
yang sangat jelek di rumah. Akibatnya, mereka berpacaran secara sembunyi-sembunyi dan
mengikuti hingar bingar pergaulan bebas yang akhirnya menjerumuskan mereka ke dalam perzinaan.
Memang tidak mudah menjalankan konsep pacaran dalam Islam. Terutama bagi mereka yang sama sekali belum tersentuh hatinya akan nilai-nilai ajaran agama. Hanya dengan Commitment (niat atau tekad yang menghunjam dalam kalbu untuk mencapai hidup bahagia), Consistence (satu padunya isi hati dan fikiran dengan ucapan dan tindakan), Consequence (siap menanggung risiko dan memilih melakukan sesuatu dengan bertanggungjawab) dan Continues (sikap sabar melalui proses tahap demi tahap secara berkelanjutan), insyaallah akan dibukakan jalan bagi manusia untuk mencapai ridha-Nya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MARI BELAJAR KOMPUTER

KataKataBijakMotivasi